Selamat Ulang Tahun, Fakhruna Ziyan Sabchala
Tahukah, Nak. Satu bulan menjelang tasyakuran hari lahirmu, Bapak Ibumu bahagia, pun juga merasakan kesedihan.
Ternyata waktu berjalan begitu cepat. Sebentar lagi kamu bersekolah, waktu untuk bermain bersama di rumah semakin berkurang. Tidak seintens dulu. Selain itu, Bapak Ibumu juga kawatir kalau tidak bisa mengarahkan kamu menjadi anak yang baik, anak yang senantiasa bersyukur, dan senantiasa berbuat kebaikan.
Nak, Bapak dan Ibumu ini terus belajar. Belajar menjadi orang tua yang lebih baik. Belajar untuk tidak memaksakan kehendak. Belajar untuk mengesampingkan ego masing-masing.
Ternyata, semakin kesini kamu semakin memahami apa itu "Mengulang Hari Lahir". Backdrop bekas hari ulang tahunmu saat kamu berusia 2 tahun masih tertempel di kamarmu. Bapak Ibumu hanya menambah beberapa balon saja sebagai hiasan untuk meramaikan kamarmu.
Kamu melihatnya dan begitu bersemangat hingga lebih sering menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun kemudian meniup-niup seakan akan kamu meniup lilin ulang tahun.
Menjelang satu minggu tasyakuran hari lahirmu, Bapak Ibumu mulai berbincang terkait makanan apa yang akan dibagikan di hari ulang tahunmu. Kami ingin membagikan makanan kesukaanmu pada kerabat kecilmu. Bapak Ibumu juga ingin menormalisasi makanan real food untuk dibagikan saat hari lahirmu. Kemudian, Bapak Ibumu memutuskan untuk memberikan Wafer, Klik crackers, Jeruk, Pisang Ambon, dan Ultramilk UHT.
Tak ada Birthday Cake. Melainkan Brownie Cake yang Ibu buatkan khusus untukmu. Itu pun dibuat agar kamu bisa meniup lilin seperti yang kamu harapkan sebelumnya.
Bukannya apa apa, namun Bapak Ibumu masih berusaha untuk mengurangi konsumsi gula. Apalagi untuk anak seusiamu.
15 Januari adalah hari Rabu, kami memutuskan untuk menggelar acara tasyakuran hari lahirmu di hari Ahad, H-3 hari lahirmu. Pada saat Bapak Ibumu libur kerja. Jadi, kami bisa mempersiapkan segalanya tanpa terburu-buru.
Bapak menyiapkan dekorasi kamarmu, Ibuk dan tante menyiapkan nasi kuning kepala beruang untuk dibagikan kepada kerabat kecilmu nanti.
Tepat jam 15.00, nasi kuning isi mie, tempe, telur dan ayam suwir sudah ready. Hampers snack juga sudah ready. Brownies cake sudah ready. Dekorasi sudah ready. Hanya saja nasi tumpengnya belum siap/masih proses menghiasnya.
Lelah? Iya benar. Tapi semua terasa hilang saat melihat kebahagiaan terpancar di wajah Ziyan. Dia bernyanyi, berdoa, dan tiup lilin dengan bersemangat. Matanya berbinar-binar melihat ke sekelilingnya yang ikut serta menyanyikan lagu ulang tahun. Alhamdulillah.
Peringatan mengulang hari lahir yang sederhana. Hanya ada mbah, tante, om, dan kerabat dekat rumah. Tidak mengundang banyak orang, cukup berbagi dengan kerabat dekat saja. Jika Allah ijinkan dan mampukan, semoga ke depannya bisa berbagi kembali dengan kerabat yang jangkauannya lebih luas lagi.
Bukan karena apapun, hanya saja itu merupakan bentuk rasa syukur kami sebagai orang tua atas bertambahnya usia anak kami serta bertambahlah kebaikan-kebaikan pada anak kami.
Terima kasih mbah, om, tante, dan saudara-saudara yang sudah mendoakan dan membantu menyukseskan acara tasyakuran Ziyan.
Panjang umur, sehat selalu, Ziyan. Terima kasih sudah menjadi anak yang baik. Semoga kamu menjadi pribadi yang selalu bersyukur. Selamat bertumbuh menjadi pribadi yang sholeh, mulia, serta berharga seperti doa kami yang tersemat pada namamu.
Posting Komentar